Powered by Blogger

BAB 12 > Sama aja, cuma nambah panjang :D
oleh mamamolilo pada 4:20 PM

[Maaf, maaf, tante sibuk, jadi tidak bisa menulis entry tambahan cepat-cepat, ini dia tambahannya...]

"Kamu dari mana?" seru Raden Bambang Trihatmodjo ketika melihat istrinya pulang. Mayangsari hanya menoleh, sekilas. Ia bisa melihat api cemburu di mata Raden Bambang. Lalu ia melengos, menaiki undakan rumahnya. Baru beberapa langkah, tiba-tiba ia merasakan tangannya ditarik, tas yang berisi alat-alat dan ramuan-ramuan obat miliknya terjatuh, untung isinya tumpah berantakan di tanah.

Selalu begitu, kemanapun Mayangsari pergi, sang suami akan selalu menyambut, lebih tepatnya menghadang di depan pintu rumah, seolah-olah ia tidak mempunyai pekerjaan lain.

"Mengobati pasien." jawab Mayangsari singkat sambil menepiskan lengannya, sehingga genggaman tangan Raden Bambang terlepas. Ia merunduk, untuk meraih tasnya.
"Siapa?"
"Seorang bajak laut." jawabnya tidak perduli, ia terus berjalan masuk ke dalam rumah.
"Siapa?"
"Apa kamu tidak mendengar, Mas? Seorang Bajak Laut...." seru Mayangsari dari dalam rumah. Sejurus kemudian, ia mendengar pintu terbuka, Raden Bambang menyusul masuk ke dalam.
"iya, siapa namanya?"
"Penting?" Mayangsari berbalik, menatap sang suami dengan dagu sedikit menengadah, menunjukkan gesture menantang, menunggu Raden Bambang mengucapkan sesuatu, tapi tidak. Suaminya hanya diam, membisu. AKhirnya ia memutuskan untuk masuk ke dalam kamar.

Raden Bambang menghela nafas, berat. Banyak hal berkecamuk dalam benaknya. Dulu, ia menganggap mendapatkan Mayangsari sebagai istri adalah sebuah anugerah. Tapi melihat perangai istrinya yang kerap melawan, ia menjadi ragu.

Sementara di kamar, sambil meletakkan tas, Mayangsari teringat bajak laut yang tadi dirawatnya, Tyo Mata Satu. Bajak laut itu terlihat sangat payah - tapi itu tidak pernah menjadi masalah baginya, ia pernah menangani kasus yang lebih parah dari itu.

Sambil mengobati dan membalut luka Tyo Mata Satu, ingatan Mayangsari melayang-layang. Ia teringat akan peristiwa di saat ia menemukan Bon Avatar yang terluka parah, terdampar di pantai timur Mooi Hindie.

Ah Bon Avatar...

Mayangsari menggelengkan kepala; kenangan bersama Bon Avatar selalu menyakitkan baginya.

"Mayang..." terdengar suara Raden Bambang. Mayangsari menoleh, laki-laki itu berdiri di ambang pintu.
"Kenapa?" Mayangsari memutuskan untuk tidak bersikap ketus lagi.
"La Traviata di luar, mencari kamu..." jawab Raden Bambang singkat, lalu menghilang di balik pintu.

La Traviata!

Mayangsari merasa geram. Hatinya bergejolak setiap mendengar nama itu. Cukup menyiksa juga berpura-pura bersahabat, padahal setiap berdekatan dengan La Traviata, rasanya ia ingin mencabik-cabik dan melumat perempuan itu.

Mayangsari keluar dari kamar, La Traviata ada di sana, di ruang tamu, membelakanginya, Perempuan itu sedang menatap foto pernikahan Mayangsari dan Raden Bambang.

"Ehm.." Mayangsari berdehem, La Traviata menoleh.
"May... bagaimana keadaan Tyo mata satu?" tanyanya sambil menghampiri Mayangsari. La Traviata meraih lengan Mayangsari dan menggenggamnya.
"jangan kuatir, dalam waktu 2 hari, ia akan pulih."
"Oh.. terima kasih..." La Traviata tersenyum lebar.

Sebenarnya ada pertanyaan yang menganggu hati Mayangsari : Apa hubungan antara La Traviata dan Tyo Mata Satu?

"La.."tidak tahan, akhirnya Mayangsari memutuskan untuk bertanya.
"Ya?"
"Mereka itu kawan lamamu?"
"Iya.. ehm.. sebenarnya..." La Traviata menahan bibirnya, membuat Mayangsari gemas.

Ayolah, katakan sesuatu! - seru Mayangsari dalam hati.

"Ehm, saya percaya kamu, May......" kata La Traviata lirih; tapi itu menyiratkan bahwa ia akan menceritakan sebuah rahasia masa lalu.
"Kamu bisa percaya saya, La.." Mayangsari tersenyum palsu.

Lalu meluncurlah cerita mengenai hubungan La Traviata, dengan.. Joe kaki Kayu.

Ini lebih baik dari yang saya pikir - Mayangsari mendengarakan dengan seksama, mencatat setiap detil cerita La Traviata. Tadinya ia berpikir hubungan La Traviata dan para Bajak Laut itu hanya sebatas pertemanan, karena bukan rahasia lagi, bahwa La Traviata dibesarkan di lingkungan bajak laut.

"Yah begitulah, May...." La Traviata mengakhiri ceritanya.
"Wah, saya tidak menyangka..."
"Jangan sebarkan pada siapa pun... terutama Bon Avatar..."
"Saya bersumpah!" seru Mayangsari.... sambil menyilangkan jari telunjuk dan tengahnya di belakang punggungnya.

"Terima kasih banyak.. saya sangat menghargai itu.." La Traviata memeluk Mayangsari. Untuk sesaat Mayangsari membeku - ia benci dipeluk demikian oleh seorang 'musuh'. Beberapa detik kemudian, Mayangsari mengangkat lengannya, membalas pelukan La Traviata dengan terpaksa.

Dalam pikiran Mayangsari, bermunculanlah sejuta rencana. Untuk membalaskan dendamnya.

[cukup nggak, buat nambah-nambah panjang doang? hihihi]

0 comments

0 Comments:

Post a Comment

<< Home