Powered by Blogger

Bab 11> Yang Nggak Nambah Apa-Apa ke Cerita Keseluruhan, Cuma Bikin Panjang Doang
oleh Dodol Surodol pada 9:49 AM

"Apa mau kedua lelaki tadi?" Bon Avatar bertanya kepada istrinya, sambil mengeringkan gelas-gelas.

"Apa pedulimu?" jawab La Traviata ketus. Perasaannya masih berkecamuk selepas perjumpaan yang tak terduga dengan cinta lamanya. Perempuan itu duduk di dekat jendela, memandang keluar seperti melamun.

Bon Avatar meletakkan gelas di tangannya dengan keras ke atas meja. "Aku suamimu! Aku berhak tahu urusan istriku dengan lelaki lain!"

La Traviata menatap suaminya dengan amused. [sebel ih, nggak nemu padanannya yang enak!] "Hakmu hilang seiring dengan nyalimu. Katakan padaku, pernahkah kau melindungi aku -- istrimu -- dari apapun? Pernah?"

Lelaki itu menggerutu. Ia sadar ia tidak akan pernah menang berargumentasi dengan istrinya. Perempuan itu benar, hak datang dan pergi bersama kewajiban.

La Traviata mendengus. "Sudah kukira!"

Beberapa saat kemudian Bon Avatar mencoba lagi, "Kau harus berhati-hati. Mereka sepertinya bukan orang sembarangan. Ada yang berbeda."

"Perubahan yang bagus dari bajak laut tak tahu aturan dan para pembual besar yang selama ini ditemukan di sini."

"Aku cemas akan keselamatanmu, La." Melihat pandangan istrinya, Bon Avatar cepat-cepat menambahkan, "Aku tahu, kau lebih dari mampu untuk menjaga diri. Tapi kedua orang itu... Ke mana kau membawa mereka tadi?"

"Mayangsari."

Hanya ada satu alasan untuk menemui Mayangsari. Ada yang terluka dan perlu perawatan. "Nah, benar bukan kataku! Kedua laki-laki itu hanyalah masalah!" Bon Avatar menyipitkan matanya. "Sudah beberapa kali kukatakan, kau harus berhati-hati terhadap perempuan itu. Dia membencimu, kau tahu?"

La Traviata tertawa sinis. "Karena aku merebutmu darinya?"

Bon Avatar tersenyum pongah. Tidak banyak dari kebanggaannya yang tersisa akhir-akhir ini. Mengingat-ingat betapa dua perempuan cantik itu memperebutkannya sungguh merupakan kepuasan tersendiri.

"Gadis-gadis muda melakukan kesalahan bodoh," kata La Traviata. "Sudah, aku lelah. Aku mau tidur." Ia bangkit dan berjalan ke tangga.

"Jangan bilang aku tidak pernah memperingatkanmu," tukas suaminya. "Ingat, melindungi tidak harus dengan berkelahi!"

Tanpa menjawab, La Traviata pergi ke kamarnya. Sebenarnya ia sedikit menyesal karena kehilangan kesabarannya dengan Bon Avatar. Memang lelaki itu pembual besar yang tak bernyali. Namun La Traviata merasa sebagian dari yang terjadi adalah kesalahannya sendiri. Seandainya ia dulu tidak terburu-buru dalam menentukan pilihan. Seandainya ia memberi dirinya sendiri sedikit lebih banyak waktu untuk mengenal pria yang di mata remajanya terlihat sempurna.

Perasaan bertanggung jawab itulah yang membuat perempuan itu bertahan dalam perkawinannya. Guiseppe Verdi mungkin adalah salah satu bajak laut terkejam pada masanya, namun ia banyak memberikan nasihat yang berguna kepada putri satu-satunya. "Setiap manusia memiliki pilihan," demikian ia pernah berkata. "Bahkan ketika engkau pada akhirnya memutuskan untuk tidak memilih, itu adalah pilihan yang kau ambil. Oleh karena itu, setiap manusia bertanggung jawab atas pilihannya sendiri."

Percakapan itu terjadi di atas sebuah dek kapal dagang Spanyol yang baru saja ditaklukkan oleh Verdi dan orang-orangnya. Pelayaran pertama La Traviata bersama para bajak laut untuk merampok. Seperti biasa, orang-orang Verdi telah mengumpulkan semua awak kapal yang tersisa, siap untuk dieksekusi. Setelah beberapa saat, hanya sang kapten yang masih hidup, berlutut di kaki Guiseppe Verdi. Kapten kapal itu adalah seorang pelaut sejati yang tak sudi menunjukkan rasa takut dan ia dengan gagah berani menatap sang bajak laut, menolak untuk menundukkan kepala.

La Traviata memohon ayah angkatnya untuk mengampuni pria itu. Guiseppe Verdi menjawabnya dengan nasihat di atas. "Lihatlah kapten ini," kata bajak laut itu. "Ia memilih untuk berlayar di daerah kekuasaanku -- daerah kekuasaan kita. Ia memilih untuk menjadi seorang pelaut, dengan segala risikonya. Ia memilih..." Guiseppe Verdi mengangkat pedangnya, "...ia bertanggung jawab."

La Traviata remaja memalingkan muka dan nasihat itu tertanam terus di benaknya.

"Bon," gumam perempuan itu, "mengapa kau tidak bisa sedikit lebih bernyali? Kapan kau akan belajar bahwa menyesali yang telah terjadi itu tidak pernah ada gunanya? Banyak orang yang bernasib jauh lebih buruk daripadamu dan mereka tidak membiarkan kehidupan mereka berhenti."

Orang-orang seperti Joe Kaki Kayu. Pagi itu La Traviata mengerti alasan sesungguhnya dari kepergian Joe yang tiba-tiba sepuluh tahun lalu. Selama ini perempuan itu menyangka pria itu tak lebih dari seorang bajak laut biasa yang tiba-tiba bosan bersama satu wanita saja dan memutuskan untuk pergi. Tak lebih dari seorang pengecut yang tidak berani berkata terus terang dan memilih untuk kabur diam-diam.

"Bedebah kau, Joe!" La Traviata mengutuki lelaki itu. "Mengapa kau harus menunggu demikian lama? Mengapa kau membiarkan perbedaan di antara kita menang? Mengapa kau membiarkanku membencimu selama ini?"

Satu hal yang jelas, Joe Kaki Kayu telah membuat pilihannya dan ia bertanggung jawab akan pilihannya itu. Sebagaimana ia kini telah memilih untuk menemui La Traviata setelah sekian lama dan mempercayai mantan kekasihnya itu dengan sebuah rencana rahasia yang penuh risiko.

2 comments

2 Comments:

Blogger mamamolilo said...

kayaknya bakal panjang nih :)

11:12 AM  
Blogger Dodol Surodol said...

Kan sinetron sabun. Nah lho, udah sinetron, sabun pula.

11:15 AM  

Post a Comment

<< Home