Powered by Blogger

Bab 8> Antara Tyo Mata Satu dan Bon Avatar
oleh mamamolilo pada 12:34 PM

Joe kaki kayu berdiri terpekur di hadapan pintu kayu Penakluk Samudra Seafood.

Ia, walaupun secara fisik telah berjauhan dengan La Traviata, tapi tidak henti-hentinya berusaha mengikuti apa yang dilakukan gadis yang dicintainya itu.

Ia tahu, setelah terusir dari kapal yang mempertemukannya dengan La Traviata, Giuseppe Verdi dan awaknya singgah di pantai timur Mooi Hindie. Ia juga tahu, pada persinggahannya, La Traviata yang masih belia dan naif itu kemudian terpesona pada Bon Avatar dan memutuskan untuk tinggal.

Bon Avatar. Nama yang tidak pernah tercatat dalam kancah perbajaklautan. Tapi dari informasi yang diperoleh Joe, ia juga tahu bahwa Bon Avatar tidak lebih hanya seorang pembual.

Ia juga tahu, La Traviata menyesali keputusannya dan ingin kembali ke laut, ke tempat di mana seharusnya ia berada.

Ia mengangkat lengannya, hendak mendorong pintu, tapi sejurus kemudian, keraguan memenuhi hatinya.

Apakah La Traviata masih mengenalinya?
Jika masih... apakah perasaan La Traviata padanya masih sama?
Bagaimana jika tidak...?
Bagaimana jika...


Sejuta pertanyaan 'bagaimana jika?' bermain-main dengan jahil dalam benaknya. Ia menurunkan lengan, menoleh pada Pippi yang sedang mengamatinya lekat-lekat.

"Aku harus bagaimana?" tanya Joe Kaki Kayu.

Pippi, dengan gerakan mulut dan pandangannya, berkata bahwa Joe harus berani. Joe kembali menghadap pintu, hendak mendorongnya.

Tapi lagi, pertanyaan bagaimana jika itu mengganggunya. Ia menoleh lagi pada Pippi

(ini udah mirip sinetron Indonesia belum, sih Dol, dilama-lama? hiahaha..)

Karena kesal melihat sikap Joe yang penuh keraguan, Pippi mendahului Joe, mendorong pintu kayu dan masuk ke dalam ruangan. Mau tidak mau Joe mengikuti.

Mereka berdua berdiri di ambang pintu dan mengamati keadaan ruangan. Lantai kayu, dinding kayu, yang tampak bersih, perabotan-perabotan kayu, semua berderet-deret dengan rapi.

Di salah satu meja di sudut, ia melihat sosok yang sedang tertidur.

Bon Avatarkah itu?

Tubuh laki-laki tertidur itu kurus, rambutnya agak botak.

Joe memandang laki-laki itu lama, sampai tiba-tiba ia bergerak-gerak. Ia terbangun.

"HAH? SIAPA KALIAN?" tanya laki-laki itu, ketika melihat dua sosok asing sedang berdiri di ambang pintu restorannya. Baru kali ini Joe melihat wajah Bon Avatar dengan jelas.

pipinya cekung, hidungnya tajam melengkung, kulitnya hitam,giginya tidak rapih. Wajah itu menguarkan sinar sinis dan sombong.

Oh jadi ini, laki-laki yang dinikahi La Traviata..

.....

La Traviata berusaha menajamkan penglihatannya. Ia ragu akan cahaya lentera itu. Sudah sejak bertahun-tahun yang lalu, sejak pertama kali ia menemukan tempat rahasia ini, tidak sekalipun La Traviata melihat tanda-tanda kehidupan di sana.

Pagi semakin menjelang. lentera itu makin pudar cahayanya.

Semburat jingga di langit menandakan bahwa matahari hampir terbit. Seperti tinta jingga yang merembes pada kertas hisap biru tua, semakin lama sinar jingga tersebut memenuhi langit.

Matahari telah terbit.

Sekali lagi, La Traviata memandang ke arah Pulau Api. Tidak terlihat lagi cahaya kecil dari lentera yang dilihatnya.

La Traviata memutuskan bahwa ia salah lihat. Mungkin akibat terlalu lelah.

Ia bangkit dari duduknya, tersaruk-saruk dan dengan malas-malasan berjalan menuju Penakluk Samudra.

1 comments

1 Comments:

Blogger Dodol Surodol said...

Coba ya, Penakluk Samudra kok jadi turun pangkat jadi Penakluk Laut.

BTW, udah gua benerin :)

3:40 PM  

Post a Comment

<< Home