Powered by Blogger

Bab 9> Yang Joe Ketemu La Traviata
oleh Dodol Surodol pada 12:18 PM

Penakluk Samudra bagaikan keluar dari sebuah lukisan, bermandikan cahaya keemasan matahari pagi. Di belakangnya langit luas menyemburkan campuran warna yang akan membuat malu pelukis paling hebat sekalipun. Lautan membentang bak cermin jiwa sang langit pagi, menandingi setiap berkas warna cemerlang yang dilontarkan kepadanya; siapa bilang air laut berwarna biru?

La Traviata berhenti beberapa puluh meter dari kapal tempat tinggalnya itu. Ratusan kali sudah ia melihat pemandangan yang kini terpampang di depannya. Ratusan kali pula ia mendesah takjub dan dengan rakus mereguk segala keindahan itu, seakan-akan takut setiap saat Sang Alam akan mengambil semuanya kembali.

"Il Delfina."

La Traviata menoleh cepat. Panggilan itu terakhir didengarnya hampir sepuluh tahun yang lalu. Hanya ada satu orang yang memanggilnya dengan nama itu.

Dua orang lelaki berjalan mendatanginya. Seorang pria berkulit hitam bertubuh tinggi besar dengan pedang di pinggang. Di sebelahnya seorang pria lain, bertubuh kecil dan mengenakan tutup kepala khas bajak laut, berjalan tersaruk menyeret kaki kirinya yang terbuat dari kayu. La Traviata tertegun. Hanya ada satu orang...

Kedua pria itu tiba di hadapannya. Pria berkulit hitam mengangguk sopan -- sesuatu yang sangat jarang ditemui di kalangan perompak. Pria berkaki kayu berdiri terpaku, seolah-olah tidak tahu hendak berbuat apa. Beberapa saat lamanya ia dan La Traviata saling bertatapan tanpa gerakan apapun.

La Traviata maju selangkah dan mendaratkan sebuah tamparan keras di pipi lelaki itu, yang menerimanya tanpa berkedip. "Kau! Berani-beraninya kau menampakkan mukamu di sini!"

Pippi menggaruk kepalanya dan mengambil beberapa langkah mundur. Joe Kaki Kayu memandang perempuan di hadapannya dengan berbagi perasaan bercampur menjadi satu. Ia ingin meminta maaf. Ia hendak marah. Ia hampir saja berpaling dan pergi.

Ia meraih tangan La Traviata dan memeluk wanita itu, yang balas memeluknya dengan penuh kehangatan. Joe Kaki Kayu membenamkan pipinya dalam kelebatan rambut La Traviata, aroma dari sepuluh tahun lalu memasuki hidungnya.

"Joe, kau bajak laut jahanam!"

"Delfina. Aku rindu padamu."

"Oh, Joe."

Selama beberapa saat mereka berdiam diri dalam pelukan, menikmati kedekatan yang lain. Akhirnya Joe melepaskan diri. "Aku perlu bantuanmu, La."

La Traviata mengangguk, berpaling, dan berjalan menuju Penakluk Samudra. Joe menahan keinginannya untuk menggandeng lengan perempuan itu; ia berjalan beberapa langkah di belakang. Pippi berjalan di sisinya.

Bon Avatar memandang kedua tamunya dengan tidak suka. Kedua pria ini berbeda dengan kebanyakan bajak laut, dan itu itu membuatnya sedikit takut. Ia tidak beranjak dari tempat duduknya di ujung ruangan, hanya memperhatikan istrinya menyilakan keduanya duduk di ujung satunya.

La Traviata mengambil tempat di depan kedua tamunya. "Jadi?"

Joe melirik curiga ke arah Bon Avatar, yang berpura-pura tidak peduli. "Aku tidak percaya suamimu."

La Traviata mengibaskan tangan. "Jangan hiraukan Avatar. Mulutnya besar tapi ia bagaikan anjing yang ramai menggonggong tanpa menggigit."

"Jenis seperti itu yang kutakutkan." Joe Kaki Kayu mencondongkan badan ke depan dan mulai menguraikan rencananya.

.....

Tyo Mata Satu mengalami demam yang parah. Suhu badannya sungguh tinggi dan tubuhnya tak henti-hentinya menggigil. Matanya membuka dan menutup tanpa sadar. Tangan dan kakinya gemetar. Tak henti-hentinya ia mengigau.

Julian Delifrance memandang kaptennya dengan iba. Ia telah berbuat semampunya: menyelimuti tubuh Tyo rapat-rapat, memberinya minum, mengganti balutan di pundak dan pahanya, dan meletakkan kain basah di dahinya untuk meredakan panas. Julo tahu, seandainya situasinya berbalik, Tyo akan melakukan hal yang sama untuknya. Tyo Mata Satu lebih dari sekedar pemimpin bagi kelompoknya; ia adalah seorang sahabat dan pelindung.

Sebuah gerakan di luar pondok menarik perhatian Julo. Pria Prancis itu meraih pistol dan mengarahkannya ke pintu masuk. Pintu perlahan membuka.

Joe Kaki Kayu masuk, diikuti oleh Pippi dan seorang perempuan muda yang tidak dikenalnya.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Joe. Julo mengangkat bahu dan dengan gerakan tangan mengindikasikan bahwa tidak banyak perubahan. Joe berdiri di samping sahabatnya. Tyo terus mengigau, mengeluarkan kata-kata tidak jelas. Joe Kaki Kayu menoleh dan memandang gadis yang datang bersamanya.

Perempuan itu berjalan ke dekat dipan dan duduk di tepinya. Dari tas yang dibawanya, ia mengeluarkan beberapa peralatan pengobatan, termasuk kain pembalut dan beberapa botol kecil berisi ramuan. Tanpa berkata apa-apa, ia menyingkapkan selimut Tyo dan mulai membuka pembalut luka-lukanya. Kain baru yang bersih dituanginya dengan obat dari dalam botol-botol kecil dan dibalutkannya di atas pundak dan paha sang bajak laut.

"Pergilah tidur, Julo. Biar aku dan Pippi berjaga. Akan kubangunkan kau siang nanti," kata Joe. Julo mengangguk dan berjalan keluar, diikuti oleh Pippi.

Beberapa saat berlalu tanpa ada yang bersuara. Joe berdiri di sebelah dipan, memperhatikan perempuan itu merawat Tyo Mata Satu. Dari gerakannya yang penuh kepercayaan diri, Joe dapat melihat bahwa ia sungguh berpengalaman menangani situasi sejenis.

Akhirnya demam Tyo terlihat mereda. Matanya tidak lagi membuka dan menutup dan ia telah berhenti mengigau. Gadis itu merapatkan selimut dan mendongak. "Panasnya masih sangat tinggi. Biarlah dia beristirahat. Kalau sampai nanti sore keadaannya belum berubah, terpaksa kita bawa dia ke Bantul. Ada seorang pria di sana yang mempelajari ilmu penyembuhan. Dengan upah secukupnya, dia pasti bersedia menolong."

Joe mengangguk. Ia mengulurkan tangan dan membantu sang gadis berdiri. "Terima kasih atas bantuanmu."

Perempuan muda itu tersenyum. "La Traviata bagaikan kakakku sendiri. Temannya adalah temanku juga."

Mereka keluar dari pondok.

1 comments

1 Comments:

Blogger Dodol Surodol said...

"Selama beberapa saat mereka berdiam diri dalam pelukan, menikmati kedekatan yang lain."

Ini maksudnya enjoying each other's nearness. Bahasa Indonesianya giman man tuh?

2:30 PM  

Post a Comment

<< Home